KISAH JENDERAL MARADEN PANGGABEAN DI SEKAP
Kisah Jenderal MARADEN PANGGABEAN diculik Di Padangsidimpuan dan ditawan di Sipogu.
Padangsidimpuan dulunya merupakan basis utama pertahan Pasukan Republik di Sumatera Timur/Tapanuli Selatan. Tak heran Tentara sekelas Maraden Panggabean yang kelak bakal menjadi Jenderal Tentara dan Menteri ini pernah bermarkas di Padangsidimpuan. Tahun 1948 memang saat-saat yang cukup genting diwilayah Tapanuli. Konflik antar sesama pasukan perang memang sangat sering terjadi di wilayah ini. Maraden Panggabean sendiri pernah mengisahkan pengalamannya semasa menjadi pimpinan Sektor IV Sub Teritorium VII dalam otogbiorafinya, berjuang & mengabdi.
Di Padangsidimpuan, sekira subuh tanggal 10 September 1948, Panggabean dibangunkan dari tidurnya oleh suara rentetan tembakan. “Suara tembakan itu datang dari asrama Batalion I TNI (di bawah Kapten Koima Hasibuan) yang jika ditarik garis lurus hanya berada 500-600 meter dari rumah saya,” kata Panggabean.
Dia yang gagal mengadakan hubungan dengan batalyonnya karena saluran telepon telah diputus, langsung berlari ke rumah Kol. Abbas (Komandan sub Komandemen Tapanuli) yang terletak di sebelah rumahnya. “Saya melaporkan bahwa praduga dan keprihatinan saya sewaktu kami mau berangkat ke Bukittinggi, nyatanya benar. ‘Kita akan hancur,’ saya serukan dengan kesal,” kata Panggabean. Abbas hanya terdiam mendengarnya.
Sejurus kemudian, sebuah truk mendatangi rumah Abbas. Tuan rumah dan Panggabean pun langsung digelandang beberapa personil Polisi Militer di bawah pimpinan Kapten Payung Bangun itu ke dalam truk untuk dibawa ke Sipogu, sekitar 25 kilometer dari Sipirok. Bersama 37 orang lain, Abbas dan Panggabean ditawan di bangunan bekas sekolah Gereja Advent.
Mereka menerima perlakuan buruk di sana. “Makanan yang diberikan sekadar cukup untuk tidak mati dan disodorkan begitu saja ke dalam kamar,” kenang Panggabean. Siksaan verbal maupun fisik kerap mereka terima.
Lebih dari itu, kata Panggabean, “Para penjaga kami betul-betul perampok yang mengambil apa saja yang berharga yang ada pada kami". kata Panggabean dalam otobiografinya, Berjuang dan Mengabdi
Posting Komentar untuk "KISAH JENDERAL MARADEN PANGGABEAN DI SEKAP"